PP-Darul Mu'minin

Bulan Sya’ban Dan Keistimewaannya

Bulan Syaban merupakan bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Salah satu keistimewaan bulan ini yaitu diangkatnya catatan amal perbuatan manusia selama satu tahun oleh Malaikat untuk disetorkan kepada Allah SWT.

“amalan manusia dilaporkan kepada Allah SWT dalam seminggu dua kali yakni, hari Senin dan Kamis, tapi laporan tahunan dibulan Syaban” ungkap murid Habib Umar bin Hafidz tersebut.

Dalam kitab ماذا في شعبان karya Syaikh Al Maliki al Makki al-Husaini dijelaskan bahwa ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di bulan Sya’ban ini serta keistimewaan-keistimewaan yang ada selain malam Nishfu Sya’ban.

Pertama, pada bulan Sya’ban terdapat peristiwa pemindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke (arah semula) Masjidil Haram sesuai permohonan Nabi Muhammad SAW. (Qs. al-Baqarah ayat 144 dan adh-Dhuha ayat 5). 

Kedua, bulan Sya’ban disebut sebagai bulan shalawat Nabi, karena pada bulan inilah ayat yang memerintahkan shalawat turun (Qs al Ahzab ayat 56). Maka dari itu sangat dianjurkan memperbanyak shalawat di bulan ini. 

Ketiga, bulan Sya’ban adalah bulan puasa Sunnah. Banyak hadis sahih yang menjelaskan bahwa setelah Ramadhan, Sya’ban adalah bulan yang Rasulullah SAW paling banyak berpuasa.

Sayyidah Aisyah RA berkata:

يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Sayyidah Aisyah RA berkata:

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Sayyidah Aisyah RA berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ هِلَالِ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ

ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ، عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، ثُمَّ صَامَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap hilal bulan Sya’ban, tidak sebagaimana perhatian beliau terhadap bulan-bulan yang lain. Kemudian beliau berpuasa ketika melihat hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan, beliau genapkan Sya’ban sampai 30 hari.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanad-nya disahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Sayydidah Ummu Salamah RA berkata:

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.” (HR. An Nasa’i dan disahihkan Al Albani)

Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah SAW:

“Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban.

Kemudian Rasulullah SAW bersabdaNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)

Abu Musa Al Asy’ari RA berkata:

إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, At Thabrani, dan disahihkan Al Albani)

Keempat, Syahrul Qur’an. Meski membaca Al-Qur’an disunnahkan sepanjang waktu, terlebih khusus di bulan Ramadhan, banyak-banyak membaca Alquran di bulan Sya’ban merupakan amalan para ahlul qur’an. 

Kelima, Syahrul Istighfar (bulan memohon pengampunan). Di bulan menjelang Ramadhan ini seorang hamba patut membersihkan diri secara lahir batin. Istighfar seorang hamba akan menjadi pembersih dosa, pembuka jalan keluar masalah dan kesusahan, dan pembuka pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Demikian hadis-hadis sahih dan juga ayat Alquran menjanjikan (Qs. Nuh ayat 10-12). Bagi yang sudah mengamalkannya dengan penuh keyakinan, janji Allah dan Rasulullah itu memang dapat dirasakan dan dibuktikan di kehidupan nyata. 

Keenam, di bulan Sya’ban ini ada Malam Nishfu Sya’ban. Di malam ini merupakan pengangkatan amal tahunan setiap hamba dan pelaporannya kepada Allah SWT, melengkapi pengangkatan amal rutin harian di waktu Ashar dan Shubuh, terbukanya pintu langit di waktu Dhuhur dan pengangkatan amal mingguan setiap hari Senin dan Kamis. Nabi senang berpuasa Senin dan Kamis antara lain karena beliau ingin saat amalnya dilaporkan beliau dalam keadaan berpuasa.

Wallahua’lam

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *